Kisah
Si Pitung menggambarkan sosok pendekar Jakarta dalam menghadapi
ketidakadilan yang ditimbulkan oleh penguasa Hindia Belanda pada masa itu.
Kisah
ini diyakini nyata keberadaannya oleh para tokoh masyarakat Betawi terutama di
daerah Kampung Marunda di mana terdapat Rumah dan Masjid lama.
Sejarah
Pada dasarnya ada tiga versi yang
tersebar di masyarakat mengenai si Pitung yaitu versi Indonesia, Belanda, dan
Cina. Masing-masing penutur versi cerita tersebut memiliki versi yang berbeda
dari cerita si Pitung itu sendiri. Apakah Si Pitung sebagai seorang pahlawan
berdasarkan versi cerita Indonesia, dan sebagai seorang penjahat jika dilihat
dari versi Belanda. Cerita Si Pitung ini dituturkan oleh masyarakat Indonesia
hingga saat ini dan menjadi bagian lengenda serta warisan budaya Betawi
khususnya dan Indonesia umumnya. Kisah Legenda Si Pitung ini kadang-kadang
dituturkan menjadi rancak (sejenis balada), sair, atau cerita Lenong. Menurut
versi Koesasi (1992), Si Pitung diidentikan dengan tokoh Betawi yang membumi,
muslim yang shaleh, dan menjadi contoh suatu keadilan sosial.